Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-Hati Konsumsi Fluorida

Kompas.com - 18/12/2008, 09:07 WIB

Defisiensi fluorida sangat jarang terjadi. Defisiensi fluorida akan menyebabkan karies gigi dan jumlah gigi yang tumbuh tidak mencapai jumlah normal. Fluorosis mulai terlihat pada awal usia 6 tahun. Pria lebih sering terkena fluorosis daripada wanita.

Enamel gigi burik atau kehitaman merupakan tanda awal fluorosis, tahapan lebih lanjut penderita mengalami kekakuan, sakit persendian, deformasi tulang belakang (bungkuk) dan betis bengkok. Asupan kalsium rendah dan molibdenum tinggi akan memperparah sindroma tersebut. Asupan fluorida tinggi akan memengaruhi metabolisme iodium, sehingga dapat menyebabkan hipotiroidisme.

Cegah Gigi Berlubang
Fluorida merupakan mineral yang penting untuk kesehatan gigi, yaitu memperkuat email (permukaan) gigi dan mencegah gigi berlubang. Fluorida dapat meningkatkan ketahanan email terhadap pelarutan oleh asam. Berdasarkan data epidemi pada masyarakat Indonesia, risiko terkena penyakit gigi berlubang semakin besar dengan bertambahnya umur.

Dari data yang diperoleh pada kurun 1984 hingga 1988, sebanyak 45,2 persen anak-anak usia 8 tahun di perkotaan menderita karies gigi. Jumlah penderita bertambah menjadi 73,2 persen pada kelompok umur 14 tahun. Memasuki kelompok umur dewasa (35-44 tahun), angka penderita karies gigi semakin meningkat (87,1 persen).

Kecenderungan yang sama juga terjadi pada masyarakat pedesaan. Namun, pada masyarakat pedesaan, persentase penderitanya tidak sebanyak pada masyarakat perkotaan, yaitu sebanyak 39 persen pada anak-anak usia 8 tahun.

Penyakit gigi berlubang disebabkan oleh bakteri berbentuk kokus yang hidup dalam habitat yang mengandung oksigen (aerobe). Bakteri ini menghasilkan asam (acidogenic) dan menyukai suasana asam (acidoduric). Salah satu bakteri utama yang menyebabkan gigi berlubang adalah Streptococus mutans.

Faktor terpenting yang bisa menimbulkan penyakit gigi berlubang adalah plak. Plak merupakan massa bakteri yang melekat di permukaan gigi. Plak biasanya melekat pada permukaan gigi yang sulit terjangkau lidah atau sikat gigi, seperti pada celah antara dua gigi.

Plak, yang merupakan massa bakteri, jika bertemu dengan gula dari makanan (terutama karbohidrat) akan menghasilkan asam laktat. Asam inilah yang menyebabkan larutnya mineral dari permukaan gigi atau disebut dengan demineralisasi, sehingga gigi menjadi sensitif. Jika proses ini berjalan berulang-ulang akan menyebabkan gigi berlubang.

Penggunaan fluorida diyakini dapat mereduksi keroposnya gigi dengan melindunginya dari asam laktat melalui pembentukan senyawa fluorapatite yang sifatnya lebih keras dan lebih tahan terhadap asam daripada senyawa hydroxyapatite yang terdapat pada email gigi.  

Australia adalah negara yang berhasil menekan angka penderita gigi berlubang setelah penggunaan fluorida. Sebelumnya, Negara Kanguru tersebut merupakan salah satu negara dengan angka penderita gigi berlubang yang tinggi.

Negara-negara Eropa pada umumnya berhasil menekan jumlah penderita gigi berlubang hingga separuhnya dalam kurun sepuluh tahun pertama sejak ditemukannya fluorida (Anonym, 2002). Beberapa industri pasta gigi bahkan telah menemukan inovasi penggunaan bifluorida, yaitu penggunaan sodium fluorida dan monofluorida sodium phosphate dalam satu kemasan, sehingga dapat saling memenuhi dalam penyediaan fluorin aktif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com