Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Politik Megawati, Janji Cut Nyak untuk Rakyat Aceh

Kompas.com - 26/07/2019, 15:59 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

Berikut adalah rangkaian tulisan perjalanan politik Megawati Soekarnoputri. Minggu ini, 18 tahun lalu, adalah minggu pertama Megawati menduduki kursi Presiden Republik Indonesia. Baca tulisan sebelumnya: Hari Ini 18 Tahun Lalu, Megawati Soekarnoputri Torehkan Sejarah Politik Indonesia dan Perjalanan Politik Megawati, dari Pengusaha Pom Bensin hingga Penguasa Medan Merdeka Utara

KOMPAS.com – "Untuk rakyat Aceh, percayalah, Cut Nyak tak akan membiarkan setetes pun darah tumpah di Tanah Rencong."

 

Megawati Soekarnoputri tak mampu menahan air matanya ketika berbicara tentang Aceh pada 29 Juli 1999 silam. Ia terdiam sesaat, menahan isak. 

Dikutip dari Biografi Seorang Presiden: Mega Cahaya Bagi Negeri (2004), pidato politik pertama Megawati yang disampaikan menyambut kemenangan PDI-P dalam Pemilu 1999 itu disambut penuh haru.

Pidato yang disiarkan di berbagai stasiun televisi itu sampai menghentikan aktivitas rakyat di berbagai daerah. Air mata Mega yang jatuh turut mengundang tangis undangan yang hadir menyaksikan pidato itu.

Saat itu, Megawati adalah simbol harapan rakyat yang muak akan Orde Baru. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang dipimpinnya baru saja memenangkan pemilu, mengungguli 48 partai politik lainnya. PDI-P meraih 35,6 juta atau 33,7 persen dan meraih 153 kursi di DPR.

Dalam pemilu itu, Megawati dengan legowo menerima menjadi wakil bagi Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kontroversi politik yang terjadi selama kepemimpinan Gus Dur, akhirnya menguntungkan Mega.

Setelah Gus Dur dilengserkan pada 2001, Mega naik menjadi presiden.

Baca: Hari Ini 18 Tahun Lalu, Megawati Soekarnoputri Torehkan Sejarah Politik Indonesia

Janji politik yang disampaikannya pada 1999 harus ditunaikan.

Harapan Aceh

Janji Mega kepada Aceh kala itu sempat menuai optimisme rakyat Serambi Mekah. Dikutip dari laporan Kompas pada 30 Juli 2001 berjudul Rakyat Aceh Sepenuhnya Dukung Pemerintahan Baru, seluruh rakyat Aceh, baik lapisan pemerintahan, legislatif, tokoh adat maupun ulama menyatakan mendukung sepenuhnya pemerintahan baru di bawah kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Wapres Hamzah Haz.

"Keduanya adalah pasangan yang sangat tepat untuk memimpin bangsa saat ini dalam usaha keluar dari krisis ekonomi," kata Ketua Umum Lembaga Adat dan Kebudayaan Aceh (LAKA) Prof T Syamsudin MS kala itu.

"Megawati yang datang dari nasionalis dan Hamzah Haz dari golongan Islam, merupakan pasangan yang cocok untuk mempersatukan bangsa," ujarnya.

Selain itu, Hamzah Haz yang punya pengalaman dan ahli di bidang anggaran akan bisa membantu Ibu Megawati. Dengan adanya duet ini, maka Aceh pasti akan mendapat prioritas untuk diperhatikan.

"Saya menaruh perhatian besar terhadap keduanya. Kita harapkan penyelesaian masalah Aceh dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, dan tidak mengedepankan kekerasan, tetapi dialog," kata Syamsudin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus 'Ilegal Fishing' 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Kasus "Ilegal Fishing" 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Nasional
Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Nasional
Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Nasional
BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Nasional
Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Nasional
PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

Nasional
Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Nasional
Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Nasional
PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

Nasional
Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Nasional
DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

Nasional
Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nasional
Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com