KOMPAS.com — Puluhan perempuan dari Kalimantan Barat dan Jawa Barat diduga menjadi korban perdagangan orang ke China dengan modus perjodohan. Ke-29 perempuan itu diincar para perekrut yang disebut "mak comblang" dengan iming-iming uang.
Mon, salah satunya. Dia terbuai janji manis teman perempuannya yang baru dikenalnya di media sosial. Oleh pria itu, Mon diiming-imingi akan dijodohkan dengan pria kaya raya asal China.
Saat itu kira-kira September 2018, Mon dan teman barunya itu bertemu di Singkawang, Kalimantan Barat.
Mon lalu dibawa ke rumahnya dan dikenalkan kepada dua pria keturunan China, tetapi perempuan berusia 22 tahun ini menolak.
"Cowok yang satu sudah tua dan yang kedua agak-agak idiot gitu," ujar Mon di kantor LBH Jakarta, Minggu (23/6/2019).
Baca juga: Pemilik Rumah Mewah Jadi Tersangka Kasus Perdagangan Manusia dengan Modus Kawin Kontrak
Keesokan harinya, Mon dipertemukan lagi dengan seorang pria asal China yang usianya 28 tahun. Di situ, dia setuju untuk "dijodohkan" dengan rayuan dibelikan emas dan dikirimi uang setiap bulan ke orangtuanya yang tinggal di Kecamatan Sompak, Kabupaten Landak, Kalbar.
"Saya diimingi-imingi uang, dibelikan emas, dikirimi uang ke orangtua, hidup berkecukupan, diperlakukan baik, bahkan kalau mau pulang ke kampung akan diurus," tutur Mon.
Tak lama setelah itu, dia dan pria yang bernama Hao Tengfei bertunangan.
"Saat kami tukar cincin itu di tempat rias. Saya juga menerima uang Rp 19 juta. Lalu saya dan si mak comblang itu dibawa ke sebuah rumah dengan membawa surat nikah," katanya.
Mon bercerita, tak ada upacara pernikahan layaknya pasangan suami-istri. Tiba-tiba saja, dia menerima buku nikah dan surat catatan sipil dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Mempawah pada 12 September 2018.
Seminggu setelahnya atau tepatnya pada 18 September 2018, dia diboyong suami beserta mertuanya ke China. Namun, Mon tak tahu di wilayah mana dia tinggal.
"Saya hanya tahu tinggal di daerah pegunungan," katanya singkat.
Baca juga: 7 Pria Tiongkok Calon Pengantin Kawin Kontrak dengan Perempuan Indonesia Diamankan Polisi
Baru beberapa hari menetap di rumah mertua, Mon disuruh bekerja merangkai bunga dari pukul tujuh pagi sampai jam tujuh malam.
"Itu upah kerja saya, tidak dikasih barang Rp 100 perak pun," ujarnya.
Mon mengaku tak bisa menolak perintah mertuanya. Kalau membangkang, dia akan dipukul oleh suaminya dan tak diberi makan berhari-hari.