Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-Hati Konsumsi Fluorida

Kompas.com - 18/12/2008, 09:07 WIB

FLOURIDA merupakan mineral yang sering diiklankan dalam berbagai jenis produk makanan maupun tapal gigi. Zat gizi mikro ini memang dibutuhkan untuk kesehatan. Namun, jika berlebihan bisa menyebabkan penyakit tulang dan gigi, kanker, dan mengurangi kecerdasan anak.

Mineral mulai dipertimbangkan sebagai salah satu zat gizi mikro penting sejak pertengahan abad ke-19. Pada saat itu para peneliti memberi pakan tikus percobaan dengan campuran karbohidrat, lemak, protein, dan air. Mereka berpikir bahwa unsur tersebut telah mencakup semua yang ada di dalam bahan pangan. Namun, ternyata hewan percobaan tersebut mati.
Akhirnya disimpulkan bahwa ada unsur yang hilang (missing element) dalam bahan pangan tersebut, yang secara nyata diperlukan dalam pertumbuhan. Unsur yang dimaksud adalah mineral.  

Sampai saat ini diketahui ada sekitar 21 jenis mineral yang diperlukan tubuh, salah satunya adalah fluorida (fluoride). Fluorida adalah bentuk ionik dari fluorin yang diperlukan tubuh agar tulang dan gigi menjadi kuat. Fungsi utamanya mencegah karies gigi.

Penyakit Tulang
Fluorida mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar air minum telah memiliki kadar fluorida yang cukup tinggi. Secara alami, fluorida hanya ditemukan dalam jumlah sedikit. Fluorida bisa ditemukan pada pasta gigi dan dalam bentuk suplemen pangan (food supplement).

Daun teh dan makanan asal laut merupakan produk alami yang memiliki kandungan fluorida paling tinggi. Dengan demikian, budaya minum teh merupakan hal yang baik bagi pemeliharaan kesehatan gigi. Minuman teh juga memberi sumbangan polifenol yang merupakan salah satu antioksidan penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Fluorida memegang peran penting dalam mineralisasi tulang dan pengerasan enamel gigi. Asupan fluorida rendah akan menyebabkan karies gigi. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan 1 mg fluorida per liter air minum. Keseimbangan fluorida di dalam tubuh diatur dengan cara ekskresi melalui ginjal.  

Asupan fluorida 0,1 mg/kg berat badan/hari dapat menimbulkan gigi burik (mottled), yang merupakan gejala fluorosis (kelebihan asupan fluorida) ringan. Asupan fluorida tinggi yang kronis dapat menyebabkan penyakit tulang dan abnormalitas sendi.

Fluorosis banyak terjadi di Tanzania, Afrika Selatan, India, Cina, dan Sinegal, yang air tanahnya banyak mengandung fluorida yang dapat masuk secara langsung ke dalam makanan atau melalui tanaman. Di negara tropis dan subtropis lainnya, asupan fluorida kebanyakan dari air minum, sehingga kandungan fluoridanya masih dalam batas aman.

Rekomendasi Kecukupan
Penetapan kecukupan fluorida untuk semua golongan umur dilakukan oleh IOM (Institute of Medicine)-Amerika Serikat pada tahun 1997. Batas atas fluorida yang aman menurut IOM 1997 adalah 0,7 mg/hari untuk bayi 0-6 bulan; 0,9 mg/hari untuk kelompok 7-11 bulan; 1,3 mg/hari untuk anak umur 1-3 tahun; 2,2 mg/hari untuk anak 4-8 tahun; serta 10 mg/hari untuk kelompok di atas 8 tahun, termasuk pada wanita yang sedang hamil dan menyusui. Tabel menyajikan Angka Kecukupan Gizi (AKG) fluorida yang ditetapkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG 2004).

Faktor yang memengaruhi kebutuhan fluorida adalah bioavailabilitas (ketersediaan hayati) dan keberadaan zat gizi lain. Bioavailabilitas fluorida sangat tinggi. Dalam bentuk natrium fluorida, penyerapan hampir mendekati sempurna. Namun, dengan susu atau makanan yang mengandung kalsium tinggi, daya serapnya menurun, tinggal 25 persen. Makanan tinggi kalsium akan meningkatkan ekskresi fluorida.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com