Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Nonsyariah Borong Sukuk

Kompas.com - 26/08/2008, 15:04 WIB

Laporan Wartawan Kompas Orin Basuki

JAKARTA, SELASA - Meskipun prinsip yang digunakan sebagai dasar penerbitan sukuk negara atau Surat Berharga Syariah Negara atau SBSN adalah prinsip syariah, namun investor nonsyariah justru memborong dua seri sukuk negara perdana yang diterbitkan hari ini. Itu dimungkinkan karena dari total sukuk yang dijual pemerintah Rp 4,699 triliun, 90,44 persen dari investor berasal dari lembaga keuangan konvesnional atau nonsyariah.

"Itu menunjukan jenis investor kita yang sama sekali tidak melihat jenis obligasinya, melainkan murni memperhitungan imbal hasilnya," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat berbicara dalam Penerbitan SBSN Perdana di Jakarta, Selasa (26/8).

Dalam paparannya, Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto menyebutkan, pembeli terbesar dua seri SBSN perdana, baik seri IFR ( Ijarah Fixed Rate) 001 maupun IFR002, berasal dari asuransi (29,8 persen dari total penerbitan), lalu perbankan konvensional (27,01 persen) , kemudian disusul lembaga keuangan lain (24,16 persen). Selain itu bagian-bagian kecil SBSN tersebar di perbankan syariah (9,66 persen), lalu dana pensiun (4,77 persen), reksadana (2,45 persen), dan yayasan sebesar 2,08 persen. "Yang termasuk luar biasa adalah adanya investor individu yang menyampaikan penawaran, yakni sebanyak 0,06 persen dari total penerbitan," ujar Rahmat.

Sebelumnya, pemerintah menetapkan target indikatif penerbitan SBSN perdana ini sebesar Rp 5 triliun. Lalu dalam masa pembentukan harga atau masa pemesanan selama empat hari diketahui bahwa jumlah yang memesan mencapai Rp 8, 07 triliun, atau terjadi kelebihan penawaran di atas target inidikatif sebesar 1,6 kali. "Porsi permintaan dari investor domestik cukup tinggi, yakni sekitar Rp 7,1 triliun atau setara 88 persen dari total permintaan," ujar Rahmat.

Secara detail, untuk seri IFR001, nilai permintaan yang masuk mencapai Rp 4,839 triliun, namun yang dimenangkan hanya Rp 2,714 triliun. Pemerintah melepas IFR001 pada level imbal hasil ( yield) 11,8 persen. Seri ini akan jatuh tempo pada 15 Agustus 2015 dengan tingkat imbalan sebesar 11,8 persen.

Adapun untuk seri IFR002, nilai permintaan yang masuk mencapai Rp 3,231 triliun, namun yang dimenangkan hanya Rp 1,985 triliun. Pemerintah melepas IFR001 pada level imbal hasil ( yield) 11,95 persen. Seri ini akan jatuh tempo pada 15 Agustus 2018 dengan tingkat imbalan sebesar 11,95 persen. "Itu jauh dibandingkan yield tertinggi yang masuk pada masa penawaran, yakni 13,5 persen untuk IFR001 dan 12,75 persen untuk IFR002," ujar Rahmat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com