KOMPAS, MINGGU - Mantan Presiden Soeharto, Sabtu (19/1) sore pukul 16.00 WIB telah menjalani operasi Tracheostomy atau operasi pemindahan ventilator. Alat bantu pernapasan yang semula di mulut, sudah dipindah ke belakang leher. Pemindahan itu dilakukan oleh tim dokter untuk mengurangi infeksi yang selama ini kerap terjadi.
Dengan pemindahan itu, jarak ventilator ke paru-paru lebih dekat sehingga pertukaran gas oksigen untuk pernapasan bisa lebih bagus. Demikian diungkapkan Ketua Tim Dokter Kepresidenan Mardjo Soebiandono saat dihubungi pers melalui telepon selulernya dan anggota tim dokter Djoko Rahardjo, sebelum meninggalkan Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Sabtu (19/1) menjelang tengah malam ini.
Menurut Mardjo, kalaupun pemasangan ventilator itu gagal di leher, maka akan lebih mudah jika dipasang lagi. "Ini berbeda jika dipasang di mulut. Dampak dari operasi ini juga tak menimbulkan risiko apa-apa. Pita suara akan aman dan infeksi juga akan lebih jauh berkurang," ujar Mardjo.
"Jika ventilator dipasang di mulut, itu juga akan lebih kotor dibandingkan di leher," lanjut Mardjo yang dikenal sebagai ahli anestesi.
Sementara, menurut Djoko Rahardjo, hingga menjelang tengah malam ini, Soeharto belum bisa diizinkan untuk pulang ke rumahnya. "Belum bisa diprediksi," tandasnya.
Ditanya tentang kemungkinan Soeharto dipindah ke luar ruangan Intensive Care Unit (ICU), menurut Djoko baru dilakukan beberapa hari lagi.
Hal senada juga ditambahkan anggota tim dokter lainnya Christian A Johannes. Saat dicegat pers sebelum meninggalkan RSPP malam ini, dia mengatakan, "Kalau orang kritis, kan tidak mungkin langsung pulang setelah keluar dari ICU. Yang ada justru pindah ke ruangan lainnya dulu." (har/kp)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.