Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Pakai Taktik "Dizalimi"?

Kompas.com - 01/02/2009, 14:42 WIB

JAKARTA, MINGGU — Terkait isu perdebatan politik Susilo Bambang Yudhoyono-Megawati Soekarnoputri lewat perumpamaan yoyo dan gasing, SBY kembali menggunakan taktik lama sebagai seseorang yang merasa dizalimi. Hal ini justru dinilai pengamat politik CSIS, J Kristiadi, sebagai sesuatu yang menguntungkan pihak SBY karena mendongkrak popularitasnya.

Hal itu disampaikan seusai Sarasehan Kebangsaan "Meneguhkan Kembali Keindonesiaan dalam Politik dan Pemilu 2009" di Gedung Kanisius, Jakarta, Minggu (1/2). "SBY terlalu berlebihan merasa seperti itu, tetapi di lain pihak ia seperti mau mengatakan, ini lho saya (SBY) mau dizalimi lagi, jadi pengikut saya, kamu, jangan diam saja," tutur Kristiadi.

Ditambahkannya, apa pun yang diberitakan di media massa terkait hal itu justru akan melambungkan popularitas SBY dengan mengingatkan di masa dulu dia pernah "dikeroyok" partai-partai lain. "Pola-pola dizalimi itu dijadikan alat lagi untuk mengangkat dia (SBY) dan membuat orang menjadi simpatik padanya," jelasnya. Menurut Kristiadi, perdebatan politik ini tak mendidik dan tak membuat pendidikan politik bagi masyarakat.

Sementara itu, sosiolog Frans Magnis Suseno menyebutkan, konflik politik SBY-Mega masih dalam batas kewajaran dan justru menjadi pendidikan politik bagi masyarakat. "Yang penting masyarakat harus belajar mereka tahu antara dua tokoh itu masih ada persaingan, tapi selama masih menggunakan kata-kata yang wajar," ujarnya.

Menurut Kristiadi,  taktik "dizalimi" juga dipakai dalam isu ABS (Asal Bukan 'S') yang dilontarkan di depan publik kemarin dan secara spesifik menuduh TNI AD bermain di belakang. "Padahal SBY sendiri belum yakin terhadap berita itu, tetapi sudah dilontarkan secara publik. Ini juga membuat ketidakpercayaan dalam tubuh anggota TNI itu sendiri," ujar Kristiadi.

Selain itu,menurutnya, hal ini akan memunculkan stigma di tubuh TNI mengapa tega-teganya menjual TNI. "Ini memecah aparatnya yang seharusnya menjadi sandaran dan pilar kekuatannya. Panglima tertinggi kok meragukan panglimanya itu," ujarnya. Seperti diketahui, saat ini selain SBY, yang akan bertarung dalam pilpres mendatang adalah Wiranto, Prabowo, maupun Sutiyoso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com